Indonesia, Banten, Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan
Banten (Indonesia: Banten; Sunda: ) adalah provinsi paling barat di pulau Jawa, di Indonesia. Ibukota provinsinya adalah Serang. Provinsi ini berbatasan dengan Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta di timur, Laut Jawa di utara, Samudra Hindia di selatan, dan Selat Sunda di barat, yang memisahkan Jawa dari pulau tetangga Sumatra. Luas provinsi adalah 9.662,82 km2, dan memiliki populasi lebih dari 11,9 juta pada Sensus 2020, naik dari lebih dari 10,6 juta selama sensus 2010. Sebelumnya bagian dari provinsi Jawa Barat, Banten menjadi provinsi tersendiri pada tahun 2000. Provinsi ini merupakan koridor transit ke pulau tetangga di Indonesia, Sumatera. Wilayah Banten merupakan tanah air orang Sunda Banten (subgrup dari orang Sunda) dan secara historis memiliki budaya yang sedikit berbeda dengan orang Sunda di wilayah Jawa Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, bagian utara, khususnya daerah dekat Jakarta dan pantai Laut Jawa, telah mengalami peningkatan pesat dalam populasi dan urbanisasi, sedangkan bagian selatan, terutama yang menghadap Samudera Hindia, mempertahankan karakter yang lebih tradisional. Berabad-abad yang lalu, daerah yang sekarang menjadi Banten diperintah oleh kerajaan Tarumanagara Sunda. Setelah jatuhnya Tarumanegara, Banten dikuasai oleh banyak kerajaan Hindu-Budha, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Sunda. Penyebaran Islam di wilayah tersebut dimulai pada abad ke-15. Pada akhir abad ke-16, Islam telah menggantikan agama Hindu dan Budha sebagai agama dominan di provinsi tersebut, dengan berdirinya Kesultanan Banten. Namun pada saat itu, para pedagang Eropa mulai berdatangan di wilayah tersebut. Yang pertama adalah Portugis, kemudian Inggris dan akhirnya Belanda. Pada akhirnya, melalui Dutch East India Company (VOC), Belanda menguasai perekonomian di wilayah tersebut, sehingga menyebabkan kemunduran Kesultanan Banten secara bertahap di wilayah tersebut. Pada tanggal 22 November 1808, Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels menyatakan bahwa Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda. Ini menandai dimulainya pemerintahan langsung Belanda di wilayah itu selama 150 tahun ke depan. Pada bulan Maret 1942, Jepang menginvasi Hindia Belanda dan menduduki wilayah tersebut selama 3 tahun, sebelum mereka menyerah pada bulan Agustus 1945. Wilayah tersebut dikembalikan ke penguasaan Belanda selama 5 tahun, sebelum mereka menyerahkan wilayah tersebut kepada pemerintah Indonesia yang baru ketika Belanda pergi. 1950. Banten diserap ke dalam provinsi Jawa Barat. Namun, sentimen separatis akhirnya mengarah pada pembentukan provinsi Banten pada tahun 2000. Provinsi yang sangat beragam, Banten dihuni oleh banyak kelompok etnis, yang paling dominan adalah orang Banten. Oleh karena itu, bahasa Sunda membentuk lingua franca provinsi, meskipun bahasa Indonesia adalah bahasa resmi utama. Bahasa Jawa juga dituturkan oleh banyak orang Jawa pendatang dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Di Kabupaten Lebak hidup orang-orang Baduy semi-terpencil, yang berbicara bahasa Baduy, bentuk kuno dari bahasa Sunda. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat Banten dapat berbicara bahasa Indonesia dengan lancar seperti bahasa kedua mereka.Source: https://en.wikipedia.org/